ANAK-ANAK DAN WARGA DESA KEMBALI TEMPUH BAHAYA

31-March-2016, 17:26

//// Terkait Miringnya Jembatan Gantung Desa Perigi
Perbaikan dan Perhatian Pemkab Kembali Diharapkan

Masih ingat dengan kejadian ditutupnya akses penyebrangan melalui jembatan gantung yang sudah berusia sekitar 25 tahunan, penghubung antara Desa Perigi dan Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Pinang, yang merupakan satu-satunya akses penghubung dan sangat vital bagi seluruh warga desa akibat terjangan angin puting beliung pada Kamis (31/12) lalu. Sampai saat ini, kondisinya masih belum kunjung diperbaiki total, dan bahkan masyarakat sejak beberapa bulan belakangan, mesti ‘nekat’ menerjang bahaya demi semua kegiatan dan kepentingannya.

Hal ini seperti terlihat kemarin siang (31/3), dimana karena tak ada jalan lain, dan jembatan yang ada merupakan akses satu-satunya yang menjadi sarana transportasi penghubung dari Desa Perigi ke Desa Lubuk Sepang serta sebaliknya, membuat akhirnya jembatan yang semestinya sudah tak layak digunakan, terpaksa kembali difungsikan. Anak-anak usia sekolag dasar hingga sekolah menengah, warga desa, tua dan muda nampak ‘nekat’ menempuh bahaya, menyebrangi jembatan, demi kepentingan kehidupan normalnya.

“Kalo nak dituruti, kami ini sangat takut pak. Tapi karena dak ado lagi akses jalan laen dan kami mesti jalani kehidupan normal, meski bahayo, yo kami tepakso nyebrang. Kami nak sekolah pak terutamonyo,” ujar Andi (8), seorang siswa SD yang dijumpai kemarin siang saat hendak menyebrangi jembatan sepulang sekolahnya.

Yansah (17), siswa SMA warga Desa Perigi pun membenarkan kondisi dilapangannya. Jika menurutkan faktor keselamatan, menyebrangi jembatan dengan kondisi sudah miring dan ketinggian diatas air sungai yang deras sangat dekat tentulah bahaya menanti. Akan tetapi, jika tidak melalui akses jembatan yang ada itu, dirinya dan juga anak-anak desa lainnya tidak bisa sama sekali berangkat sekolah.

“Sebentar lagi nak ujian pulo. Jadi kami ini beharap nian kalo jembatan yang ado biso segera dibeneri, kareno jelas bahayonyo kalo kami tetap maksoke diri,” tukasnya.

Senada, Kades Perigi, Indra tak menampik kondisi yang ada. Memang sesaat setelah kejadian, sempat ada bantuan perahu-perahu karet dari pihak pemkab Lahat, terutama pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Akan tetapi, tak sampai sebulan, tanpa ada alasan yang jelas, akhirnya perahu-perahu yang ada itu ditarik.

“Awalnyo kami idak nian lagi berani nak lewati jembatan yang ado itu, kareno jelas sudah sangat tidak layak dan penuh bahayo. Kami sempat dibantu perahu karet, tapi dak lamo, bantuannyo ditarik lagi. Nah, kareno dak ado jalan laen, akhirnyo kami putuske kembali gunoke jembatan yang ado itu,” beber Indra.

Dilanjutkannya, jika boleh kembali meminta, mewakili warga desa dengan semua seginya, kami sangat berharap memang, pembangunan atau perbaikan jembatan gantung sangatlah kami harapkan. Jika boleh menyontohkan, dalam waktu dekat, anak-anak usia sekolah di desanya akan menjalani proses ujian sekolah, jadi keamanan dan kenyamanan mutlaklah dibutuhkan.

“Memang upaya pembangunan sudah mulai terlihat dikerjoke, akan tetapi, tetap bae kami mau tak mau melewati jembatan gantung yang ado, dan jugo otomatis kembali menempuh bahayonyo,” tukas Indra.(CEPY – LAHAT)

Bagikan ke :