Menakar Kesalahan Sufi 

13-May-2024, 06:38

Bukan menakar kebenaran untuk ditiru atau dijadikan suri teladan akan sosok atau kondisi hidup baik, namun fokus kesalahan untuk diambil hikmahnya. Meski sebenarnya, Sufi sebagaimana yang identik dengan hidup di dunia, terdapat saja yang jelek sehingga untuk dihindari saja.

Thariqah Alawiyyah yang digawangi oleh mereka para keturunan Nabi, memiliki suatu amalan-amalan yang terdiri dari ratib-ratib yang i’tibar di kalangan para haba’ib khususnya yang tergabung aktif dalam komunitas tersebut. Atau beberapa tarikat lain yang ketat dalam menerapkan syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari, memaknai hidup dengan menghadirkannya sebagai sesuatu yang hakiki.

Secara umum, para Sufi bulat dalam pembentukan pemahaman tentang kesejatian hidup. Biasanya diintentikkan dengan inti yang diartikan hakikat dari kehidupan. Seperti memaknai dunia yang fana, sesungguhnya tipuan yang penuh kehinanaan. Namun meski begitu, kesemuanya tidak menutup diri atau pemahamannya bahwamereka hidup di ruang yang sama yaitu dunia tersebut.

Bahwa hidup sebenarnya adalah semata merupakan kehendak Allah, bahwa hidup sepenuhnya milik Allah, bahwa ujung-ujung dari kehidupan ini adalah Allah dan dunia akan binasa sebagaimana sifatnya yang tidak sempurna, terbatas, dan tidak abadi.

Maka ibadah ibarat isi yang indah dan baik, sedang jika kehidupan hanya dipenuhi dengan urusan-urusan keduniaan maka adalah jelek dan terhina. Sebagaimana hasil kelak juga dapat ditemukan di akhirat kelak dengan balasan yang sempurna. Amalan-amalan yang dilakukan sebagaimana yang diperintah Allah merupakan keridloan Allah, sebaliknya jika amalan tersebut semata mengikuti keinginan manusia akan terkalahkan, dan berakhir kebinasaan. Termasuk alasan dari diutusnya Rasul yaitu apa yang disebut dengan “liutammima makarimal akhlak!” Yaitu untuk menyempurnakan akhlak kata Rasul, baik kepada Allah juga terhadap sesama manusia.

Maka sufistik sebagai suatu paham yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan antara hati, akal dan indera secara keseluruhan dalam memahami hidup serta terutama untuk menempuh kehidupan yang tidak sekedarnya, namun adalah kebaikan dan Allah suka.

*Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera

Bagikan ke :