Budaya Sekayu, Anak Belai dan Tukang Panggung Untuk Acara Pra Pernikahan

23-December-2019, 17:05

MUBA, SO-Musi Banyuasin Salah satu kabupaten di Sum-Sel yang ibukotanya terletak di Sekayu,tentunya banyak menyimpan adat istiadat dan budaya yang takkan terpisahkan dan tetap dipakai oleh warga Kab.Muba terkhusus Kota Sekayu.
Ditengah-tengah arus moderenisasi,sebagai orang Melayu penduduk asli Sekayu tetap memegang teguh adat istiadat yang telah turun temurun dari nenek moyang terdahulu,salah satu budaya yang tak pernah hilang di tengah-tengah masyarakat Sekayu khususnya adalah Anak Belai.
Istilah Anak Belai adalah sekelompok perkumpulan masyarakat yang gotong royong,bahu membahu untuk memasak menu makanan di acara pernikahan.
Mariana (60)warga desa Lumpatan II kec.Sekayu menjelaskan bahwa setiap ada acara pernikahan baik dari mempelai laki-laki maupun mempelai perempuan selalu ada anak belai karena fungsi anak belai sangat penting untuk suksesnya suatu acara pernikahan seseorang.
“Anak Belai biasanya dari warga kampung itu sendiri,ada ketua anak Belai dan beberapa anggota tugasnya yang laki-laki memasak nasi dengan memakai kawah besar,adapun untuk perempuannya disebut ketua panggung.
Ketua panggung disini maksudnya ibu-ibu yang bertugas memasak menu makanan dan dibantu oleh anggota ibu-ibu yang lainnya,
Fungsi panggung adalah secara gotong royong memasak menu makanan yang akan di sajikan setelah acara pernikahan”jelasnya.

Setiap urang nak nikah pasti Ade anak Belai dan ketue panggungnye,itu Carek kitek Wang Sekayu ikak,selain untuk nulung gawe urang Mon makai anak Belai dengan panggung ikak aken dulur dak ilang,pacak berkumpul keluarga,ucap ibu Tila.
budaya anak Belai dan panggung ikak dak pacak ilang karena la turun temurun dai nenek moyang kitek dulu”tambahnya
Didalam budaya anak Belai dan panggung selain gotong royong,ada semangat kekeluargaan,sehingga silaturahmi tetap terjalin dalam suatu kampung,terlebih dengan keluarga.(Bram)

Bagikan ke :