PILKADA HALAL DAN MENTALITAS BUDAYA MASYARAKAT SUMSEL

15-August-2017, 16:07

PALEMBANG—— Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang akan menggelar Pilkada serentak pada tahun 2018 mendatang.

Bercermin dari Pilkada Aceh beberapa waktu lalu, gema “Pilkada Halal” menjadi salah satu Icon dan Tageline yang dibawa oleh Relawan dan sayap pemenangan Irwandi Yusuf – Nova Iriansyah.

Pasangan yang berhasil memenangkan Pilkada Aceh dan kini telah dilantik menjadi Gubernur dan wakil Gubernur Aceh itu tetap konsisten merubah iklim politik Aceh yang santun dan lebih demokratis. Bahkan meski pernah menjadi rivalnya dalam percaturan politik Aceh, beberapa tokoh seperti Muzakir Manaf (mantan Panglima GAM) yang juga kandidat Calon Gubernur Aceh tetap Irwandi rangkul dan bersahabat menuju Aceh yang lebih baik.

Begitu juga di Sumatera Selatan. Pilkada Halal menjadi tagline dan kampanye politik yang dibangun relawan H.Susno Duadji, bakal Calon Gubernur Sumsel 2018 – 2023.

Bagi Susno Duadji sendiri, Pilkada Halal adalah penyelenggaraan Pilkada yang bebas dari Uang Mahar dan Money Politic. Hampir di setiap kesempatan, H.Susno Duadji menggemakan Politik tanpa mahar dan juga pilkada tanpa money politic.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa partai-partai tak malu-malu meminta mahar sejumlah milyaran rupiah kepada Bakal Calon yang akan bertarung di Pilkada Gubernur, Bupati atau Walikota . Sangat ironis memang, dari sumber yang dapat dipercaya, untuk mengikuti seleksi pencalonan saja, seorang kandidat harus mengeluarkan uang mahar sekitar 2,5 Milyar per kursi atau lebih. Bayangkan kalau ini berlaku untuk belasan kursi sebagai syarat dukungan terhadap bakal calon Gubernur yang akan diusung partai politik. Nilai yang sungguh fantastis memang.
Mahar sedemikian besar itu pasti bagi kandidat yang memiliki dana pas pasan maka akan berfikir sejuta kali untuk maju di Pilkada Sumsel 2018. Kalaupun memiliki kemampuan dana sejumlah itu, tentu kandidat yang cerdas akan lebih memilih menggunakannya untuk keperluan yang lain dan lebih bermanfaat. Toh, meskipun perahu sudah ada dan terpenuhi tidak ada jaminan kemenangan akan diraih. Semua kembali kepada “Nasib” yang dibuktikan oleh mayoritas dukungan kepada kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Adanya sinyalemen negatif Partai Pengusung meminta sejumlah mahar ke Bakal Calon Kepala Daerah yang akan diusung ini menjadi coreng demokrasi di negeri ini. Kandidat yang turut melegalkan politik mahar ini cenderung dan dapat dipastikan akan melakukan tindakan korupsi untuk mengembalikan biaya yang sangat besar yang sudah dikeluarkan selama tahapan Pilkada.

Sejak diberlakukannya pilkada langsung Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan, tidak dapat dipungkiri , isu money politik berupa pemberian uang untuk tujuan dipilih itu sudah menjadi realitas politik bukan hanya di Sumsel tetapi juga di seluruh Nusantara.

Aceh sudah membuktikan bahwa Pilkada Halal dapat dibangun dan dilaksanakan jika rakyat Aceh berkomitmen untuk menciptakan kondisi  pilkada tanpa money politik. Aceh juga sudah membuktikan perahu Partai tanpa mahar. Maka Pilkada Sumatera Selatan akan dapat menerapkan Pilkada Halal jika para elite Partai Politik dan jajaran DPD/DPW Partai Politik memahami bahwa kandidat yang diusung adalah kandidat yang berpotensi untuk menang dan membawa kemashlatan bagi masyarakat Sumsel. Bukan kandidat yang diusung dan sanggup membayar mahar kepada Partai Politik yang bersangkutan.

Masyarakat Sumsel mulai cerdas, jika Partai Politik masih menerapkan gaya-gaya lama dalam mengusung Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur maka akan berakibat menghilangkan legitimasi (kepercayaan) masyarakat Sumsel pada Pemilu Legislatif 2019 mendatang.

Mentalitas Budaya Masyarakat Sumatera Selatan yang mayoritas agamis juga akan membuktikan bahwa pemberian uang dari para Calon Kepala Daerah tidaklah menjamin suara yang mereka berikan di TPS pada Pilkada Serentak 2018.

Oleh: TG.Fekri Juliansyah Bin Muslim

Penulis adalah: Pemerhati Budaya Nusantara dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya. (Fatir)

Bagikan ke :