BAGI SUSNO BERTANI JAMUR JALAN KELUAR DARI KEMISKINAN

13-June-2016, 23:00

PAGAR ALAM – Susno Duadji isi waktu di pagi hari dengan mengundang sanak saudarnya guna membahas usaha barunya yakni usaha jamur.

“Pagi itu saya undang sekitar 15 (lima belas) orang tetangga saya di dusun Tebat Gunung, Dempo Selatan, Pagaralam untuk ngobrol sambil minum kopi menghangatkan badan menepis dingin nya hawa pegunungan sambil menikmati pisang dan jagung rebus, duh,,,, nikmatnya,” Kata Susno pada Lahat Online / sriwijayaonline Senin (13/06)

Pada forum obrolan nya tersebut sanak saudara yang diundangnya tidak lain melaikan keponakan Susno itu sendiri.

Saya undak keponakan dari dusun Pama Salak, Jarai yang jaraknya sekitar 30 menit dari dusun kami, saat datang keponakan saya, Rizal membawa satu plastik jamur dan saat itu juga langsung dicuci, diberi bumbu, tepung, garam, beberapa butir telur, langsung digoreng, di mana jamur goreng sudah tidak nampak bentuk aslinya, yang nampak adalah bentuk dan serasa daging ayam goreng,” katanya lagi.

Hidangan jamur goreng ikut menemani acara minum kopi pagi itu di beranda rumah keluarga Susno Duadji di dusun Tebat Gunung. Semua yang menikmati hidangan jamur goreng tidak ada yang tau bahwa yang disantap itu adalah jamur goreng, semua merasa itu adalah daging ayam goreng tepung, pokok ya ,, lezaaattt..!!

Saat asyik menikmati minum kopi dan berbagai hidangan tradisional kampung, ponakan nya Rizal dari dusun Pamasalak menceritakan usahanya, awalnya dia merantau di Jakarta, sebagai alumni S1 Perguruan tinggi dia mengadu nasib sebagai pedagang di Jakarta, namun tidak memuaskan.

Kembali ke dusun Rizal mencoba membuka usaha tani Jamur, dan Jamurnya diberi nama “Jamur Susno”

“Usaha jamur tidak memerlukan lahan luas, lahan 4 M x 6 M sudah cukup, apalagi kalau lebih dari itu,” Ungkap Rizal.

Kemampuan Rizal dalam bertani jamur sudah sampai pada tahap membuat bibit sendiri, jadi modal yang dia perlukan hanya untuk membeli media berupa limbah gergaji pemotongan kayu, yang harganya cukup murah, bibit dia buat sendiri dari tepung jagung.

Lanjut kata Rizal menambhkan, hanya dalam jangka waktu 46 hari jamur ini sudah panen, siap jual, pangsa pasar terbuka luas, untuk mencukupi kebutuhan Kota Pagaralam saja masih kekurangan, apalagi untuk pasar Lahat, Empat lawang dan Muaraenim,” Ujarnya.

Perhari Rizal panen jamurnya antara 50 Kg sampai dengan 75 Kg, dan harga per kg Rp 26 Ribu, dapat dihitung berapa uang yang diraup Rizal perhari, perminggu, dan perbulan.
Jauh lebih besar dan lebih menguntungkan dari pada bertani di sawah yang harga gabah kering saat panin raya hanya dihargai Rp 3 ribu / kg, atau karet yang dihargai Rp 5 ribu/ kg, atau kopi yang hanya Rp 15 ribu / kg.

Menyimak obrolan Rizal tentang jamur tetangga Susno yang hadir pada acara minum kopi pagi itu sangat tertarik dan langsung minta dilatih cara bertani jamur, “saya merasa senang sekali ternyata strategy penyuluhan berhasil,” Susno menambahkan.

Demikianlah cara penyuluhan kepada para petani, jangan sampai para petani terasa bahwa mereka sedang hadir pada suatu acara penyuluhan, tapi buatlah mereka tertarik dengan contoh nyata. Untuk masyarakat tani Suri tauladan jauh lebih penting dari seribu kali penyuluhan.

Susno Duadji juga berharap, Semoga para petani makin tertarik untuk melakukan deversifikasi tanaman dan usaha tani untuk mengatasi anjeloknya beberapa harga komeditas pertanian ; saat ini harga gabah anjelok, harga karet anjelok , harga kopi juga ikut anjelok, maka harus disiasati dengan diversifikasi, namun tidak mudah merubah kebiasaan petani melainkan dengan suri dan tauladan,” Hapnya kepada semua petani yang ada di indonesia khususnya di daerah ia sendiri. (Mirhan-LO)

Bagikan ke :