ISI
RIO CK : NILAI DAN SEMANGAT KEPAHLAWANAN DI ERA MILENIAL
10-November-2017, 09:30
Jakarta – Setiap tanggal 10 November selalu diperingati sebagai momentum mengenang jasa para pahlawan yang telah ‘gugur’ dan ‘berkorban’ demi bangsa dan tanah air dalam memperjuangkan maupun mempertahankan Kemerdekaan.
Satu dari sekian banyak catatan yang patut menjadi perhatian di era milenial saat ini, ialah semakin tergerusnya nilai, etos dan semangat kepahlawanan yang bergulir dari waktu ke waktu.
Semakin hari kualitas dan mutu peringatan momentum hari pahlawan, semakin tidak memberikan arti dan makna yang real bagi publik (masyarakat) pada umumnya.
Tidak adanya penghayatan dan penghormatan secara lebih jauh terhadap para pahlawan, rasanya hanya dianggap sebagai ‘angin lalu’, begitupun dengan hiruk pikuk peringatan hari pahlawan itu sendiri yang terkesan hanya sebagai formalitas semata, tanpa arti (makna).
Begitupun dengan generasi muda saat ini, atau yang lebih populer dikenal dengan istilah generasi millenial, yang sama sekali juga tidak menghayati, mendalami serta mengilhami nilai historis serta semangat juang dari para pahlawan terdahulu.
Tantangan generasi muda di era millenial saat ini, haruslah dapat memberikan makna baru (redefinisi, reaktualisasi serta rekontekstualisasi) nilai dan semangat kepahlawanan dalam realitas kekinian sesuai dengan perkembangan zaman.
HISTORICAL HARI PAHLAWAN
Sedikit merefresh memori publik kembali, 10 November dipilih sebagai momentum hari pahlawan didasari atas terjadinya pertempuran heroik di kota Surabaya. Adalah mantan pimpinan tertinggi Gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) Sumarsono, yang mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar menetapkan tanggal 10 November sebagai hari pahlawan.
Adapun latar belakang dan penyebab pertempuran 10 November 1945 dipicu oleh insiden Hotel Yamato Surabaya. Di mana ketika itu orang – orang Belanda mengibarkan bendera merah putih biru, yaitu bendera Belanda di atas hotel yamato. Hal ini tentu dianggap telah menghina kedaulatan bangsa dan kemerdekaan Indonesia yang telah diploklamirkan beberapa bulan sebelumnya.
Kejadian tersebut seketika membuat sebagian pemuda bertindak tegas dengan merobek bendera Belanda pada bagian warna birunya sehingga tinggal tersisa bendera Indonesia Merah Putih. Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945.
Kemudian bentrokan bersenjata di Surabaya kembali memuncak, yakni setelah terjadinya kesalahpahaman yang menyebabkan tewasnya Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada tanggal 30 Oktober 1945.
Kematian Jenderal Mallaby inilah yang membuat pihak Inggris marah besar, dan mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta agar pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawaban terhadap tentara AFNEI (Inggris) dan administrasi NICA (Belanda). Adapun reaksi masyarakat Indonesia kala itu, justru secara tegas menolak dan tidak mematuhi ultimatum tersebut, adalah Bung Tomo, yang kala itu merupakan salah satu toko kunci persitiwa tersebut, membakar dan menyalakan semangat perjuangan arek – arek suroboyo lewat siaran radio-nya yang sangat familiar, sehingga perjuangan dan perlawanan terus berlanjut hingga akhir. Atas peristiwa tersebut setidaknya 6.000 – 16. 000 pejuang dari Indonesia gugur dan setidaknya 200. 000 masyarakt sipil mengungsi.
Rentetan peristiwa inilah yang kemudian memicu persitiwa bersejarah, yakni pertempuran hebat 10 November 1945, yang hingga saat ini diperingati sebagai hari pahlawan.
Tentu peringatan dan momentum ini tidak hanya sekedar untuk kembali mengingat peristiwa heroik dan berdarah tersebut, tetapi lebih daripada itu juga untuk merenungi dan menghayati kembali pengorbanan dan jasa dari para pahlawan yang telah gugur dan berjuang kala itu.
PACEKLIK NILAI KEPAHLAWANAN
Sejatinya, pahlawan selalu identik dengan sikap dan nilai kesetiaan, pengorbanan, perjuangan, dan pengabdian. Hal tersebut tentu harus ditauladani oleh generasi saat ini, maupun generasi mendatang.
Karakter kepahlawanan dapat dikenali dan distimulate dengan mendalami rentetan dan runtutan sejarah perjuangan pahlawan ataupun mengenali kisah perjuangan mereka, serta meresapi nilai-nilai luhur yang telah ditunjukan oleh sosok-sosok pahlawan seperti; Bung Tomo, Sudirman, Pattimura, Diponegoro, Ki Hajar Dewantara, ataupun pahlawan proklamator, seperti; Soekarno dan Moh. Hatta dan para pahlawan (revolusioner) lainnya.
Namun, realitas yang terjadi hari ini, sudah sangat jauh dari apa yang diharapkan. Generasi milenial kini lebih mementingkan kepentingan pribadi (individualistis), lebih berorientasi kepada aspek matrealism (hedonisme), telah memudarnya kegigihan (semangat juang), lemahnya pengabdian kepada sesuatu yang lebih besar/rasa patriotik (nasionalisme), kurangnya rasa kesetiakawanan dan rela berkorban, menipisnya semangat gotong royong, kerja keras dan terkesan apatis terhadap lingkungan serta serba ingin instan (seketika).
Catatan tersebut juga pararel dengan realitas (sosial) lainnya, di mana berdasarkan jajak pendapat yang pernah dilakukan oleh litbang kompas beberapa waktu yang lalu, dalam hasil dan kesimpulannya menunjukkan bahwa para kaum elite yang memegang kekuasaan di negeri ini, memang belum mampu memberikan makna mendasar dari arti kepahlawanan itu sendiri. Ini menandakan terjadinya krisis nilai dan semangat kepahlawanan dalam skala nasional maupun regional.
Saat ini generasi milenial tidak lagi memiliki keteladanan terhadap sosok yang mencerminkan sikap dan nilai kepahlawanan. Sosok pahlawan yang dapat dikagumi hanya dapat dijawab dari masa lalu, dan sulit untuk ditemukan pada masa kini.
Minimnya sosok yang dapat menjadi teladan bagi generasi milenial menjadikan penghayatan terhadap jiwa kepahlawanan di masyarakat masih sangat rendah. Ini lah tentunya yang memicu beberapa konflik horisontal yang nyaris terjadi, yang menyinggung isu sensitif, seperti isu SARA, yang tak lain disebabkan persoalan sepele yang bersumber dari melemahnya nilai dan semangat kepahlawanan. Sentimen primordialisme juga cukup kuat mengemuka akhir-akhir ini di berbagai forum dan ruang publik.
Pandangan publik terhadap etos kepahlawanan di cabang kekuasaan pun masih sangat minor. Persepsi minor publik tentunya didasari dan tidak lepas dari bagaimana kehidupan dan situasi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, yang masih cukup memprihatinkan.
Pemerintah tampak tidak konsisten menanamkan nilai dan semangat kepahlawanan, katakanlah melalui bentuk bela negara misalkan ataupun melalui kurikulum sistem pendidikan.
Pemerintah tampaknya masih terkesan latah dan gagap terhadap laju perekonomian dan pembangunan infrastruktur di segala bidang, yang tidak diimbangi dengan akselerasi sentuhan ataupun indoktrinasi nilai dan semangat kepahlawanan dalam sendi kehidupan masyarakat.
Dapat dilihat beberapa program pemerintah terkait, seperti revolusi mental atupun aksi bela negara yang sempat digalakan di awal-awal pemerintahan ataupun beberapa gagasan dan terobosan (program) lainnya, di mana dapat dilihat senyatanya saat ini ‘jalan ditempat’, tanpa realisasi dan hasil yang konsisten dan berkelanjutan.
Rasanya beberapa program real pemerintah yang dapat diapresiasi, karena dapat menstimulate nilai dan semangat kepahlawanan, hanya terkesan basa basi, dan pencitraan semata.
Begitupun dengan indoktrinasi nilai – nilai kepahlawanan di masyarakat saat ini, yang dibangun melalui sistem lembaga pendidikan, yang kian hari kian terasa longgar. Karakter kebangsaan yang merupakan perwujudan dari fanatisme kepahlawanan, bukanlah menjadi barang wajib yang harus ada di dalam sistem (kurikulum) pendidikan. Inilah fakta ironi hari ini, yang mungkin menjadi salah satu penyebab tradisi memori kepahlawanan di masyarakat kian hari semakin memudar dan terlupakan.
Padahal jikalau ingin berkaca dan melihat negara lain, seperti Jepang misalanya penetrasi nilai kepahlawan selalu dipupuk sedini mungkin salah satunya melalui sistem pendidikan, baik formal maupun informal. Begitupun dengan di Amerika yang notabenenya sangat liberal dan individualistik, akan tetapi masih tetap bangga menceritakan kembali para tokoh bangsanya.
MERAWAT SEMANGAT KEPAHLAWANAN
Pahlawan merupakan gelar anumerta atau penghargaan tertinggi terhadap tindakan seseorang yang dianggap heroik – melakukan pengorbanan, pengabdian, serta berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Pahlawan yang dari bahasa sansekerta (phala-wan) memiliki arti sebagai orang menghasilkan buah (phala) bagi bangsa dan negara.
Tentunya nilai dan semangat kepahlawanan harus diteladani dari generasi ke generasi. Begitupun dengan semangat kepahlawanan yang tetap harus ada dan dijaga.
Realitas kekinian, tentu tidak diperhadapkan kembali dengan perjuangan (heroik) dan pertempuran seperti dahulu, akan tetapi generasi millenial saat ini, ataupun generasi mendatang tetap dapat berpartisipasi aktif menumbuhkembangkan semangat kepahlawanan. Diantaranya dengan melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara, menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas serta dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa, ataupun dengan memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan nasionalisme dibarengi dengan akhlak dan moral yang tinggi.
Pada akhirnya, tetap harus diingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa dan perjuangan para pahlawannya, oleh karenanya nilai dan semangat kepahlawanan di era millenial saat ini harus tetap dijaga, dirawat serta ditumbuhkembangkan. Selamat hari pahlawan !
Oleh : Rio Chandra Kesuma (Penggiat Hukum dan Aktivis Kepemudaan)
Dipublikasikan pada 10 November 2017 dalam rangka memperingati Hari Pahlawan.
BERITA TERKINI
-
PALEMBANG - 25-April-2024, 16:34
Kapolda Sumsel MoU Dengan Kementerian Pertanian Secara Daring
PALEMBANG SRIWIJAYA ONLINE—– Kapolda Sumsel Irjen Pol A.Rachmad Wibowo SIK, Wakapolda Su
-
LAHAT - 25-April-2024, 16:33
Lagi. YM Bantu Warga Yang Tertimpa Musibah
LAHAT SRIWIJAYA ONLINE—– Sesama umat manusia dan wajib saling tolong menolong, berpegang
-
MUBA - 25-April-2024, 13:29
Mau Jadi Petani Milenial ?, Pemkab Muba Siapkan 80 Kuota Kuliah Pertanian Gratis di Yogyakarta
MUBA, SO – Keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam di Muba selama dua tahun terakhir ini pa
INVESTIGASI
-
Investigasi 14-September-2015, 22:52
KAJARI LAHAT : PENETAPAN TERSANGKA SIMPEG 2010 “TIDAK ADA TEBANG PILIH”
BANDAR JAYA = Issue yang menyatakan bahwa Kejaksaan Negeri Lahat tebang pilih dalam kasus Sistem Inf
BERITA SEBELUMNYA
BANYU ASIN 21-April-2024, 10:43
Dr KONAR ZUBIR SH, MH SERAHKAN FORMULIR PENDAFTARAN BACALON BUPATI BANYUASIN
LAHAT - 20-April-2024, 21:15
Tekan Jalur KA Maut, Pemkab Lahat Perketat Penjagaan
LAHAT - 20-April-2024, 21:10
PJ Bupati Lahat Bersihkan Taman Ribang Kemambang
PAGAR ALAM - 20-April-2024, 12:55
MOBIL TERPEROSOK DI LIKUAN ENDIKAT, LALIN KENDARAAN MACET TOTAL
LAHAT - 19-April-2024, 20:37
Warga Kelurahan Sari Bungamas Sambangi Kediaman YM
MUBA - 19-April-2024, 20:36
Kunjungi Kecamatan Sungai Keruh, Pj Bupati Muba Serahkan Berbagai Bantuan untuk Warga
MUBA - 19-April-2024, 20:35
Tower Telkomsel On Air di Dua Desa Babat Supat, Warga Ucapkan Terima Kasih ke Pj Bupati Apriyadi Mahmud
LAHAT - 19-April-2024, 17:48
Dukcapil Lahat, Warga Pseksu Keluhkan Pelayanan Pembuatan E-KTP
OKU - 19-April-2024, 17:03
Kapolres OKU Pantau SiDokkes Polres OKU Yang Gelar Rikkes Berkala Tahun 2024
BANYU ASIN 19-April-2024, 13:31
PJ BUPATI BANYUASIN BUKA MUSRENBANG RPJPD 2024
BANYU ASIN 19-April-2024, 13:15
RESES ANGGOTA DPRD BANYUASIN TAMPUNG USULAN MASYARAKAT
PALEMBANG - 19-April-2024, 11:44
Kapolda Menerima Ka BNNP Sumsel Beserta Staff
LAHAT - 18-April-2024, 21:50
Inginkan Perubahan, Masyarakat 7 Kecamatan Deklarasikan Dukung YM
LAHAT - 18-April-2024, 21:33
Pj Bupati Lahat Gelar Silaturahmi dan Halal Bihalal Seluruh OPD dan ASN
BANYU ASIN 18-April-2024, 21:17
RESES ANGGOTA DPRD BANYUASIN TAMPUNG USULAN MASYARAKAT
MUBA - 18-April-2024, 20:40
Jalankan Instruksi Pj Bupati Apriyadi, Perusahaan di Jirak Jaya Gerak Cepat Perbaiki Jalan Rusak
PALEMBANG - 18-April-2024, 18:10
Kapolda berikan Apresiasi dan PIN Emas Buat Polisi, Sukses Ungkap Pembunuhan Sadis Dalam Waktu 1 X 24 Jam
BANYU ASIN 18-April-2024, 18:09
MENTERI PUPR RI TINJAU TOL TRANS SUMATERA
PALEMBANG - 18-April-2024, 17:26
Kapolda Sumsel Bersama Pj Gubernur Sumsel Hadiri Rakor Isu-Isu Strategis Pilkada
LAHAT - 18-April-2024, 17:06
PEMILU AMAN, POLRES LAHAT DI APRESIASI BADKO HMI SUMSEL
MUBA - 18-April-2024, 11:56
Pemkab Muba Siap Dukung Pelantikan Serentak Pengurus IPNU – IPPNU
MUBA - 18-April-2024, 11:54
Pemkab Muba Rapat Pembahasan Pengelolaan BMN
OKU - 17-April-2024, 23:19
Kapolres OKU Pimpin Upacara Hari Kesadaran Nasional
PALEMBANG - 17-April-2024, 21:21
Wakapolda Sumsel menerima Tim Wasops Itwasum Polri Dalam rangka Operasi Ketupat Musi 2024 Polda Sumsel
MUBA - 17-April-2024, 21:20
Tomas dan Tokoh Agama Hingga Pemerintah Pusat Apresiasi Peralihan Listrik di Muba
CATATAN SRIWIJAYA
-
Catatan Sriwijaya 3-April-2024, 15:49
Niat Jahat dan Unsur Dengan Sengaja Dalam Pertangungjawaban Pidana
Oleh Burmansyahtia Darma, S.H
Advokat Pada Kantor Hukum BSD Lawyer
-
Catatan Sriwijaya 26-November-2023, 22:50
DETERMINASI POLITIK TERHADAP HUKUM
Oleh Burmansyahtia Darma,S.H.
Muara Enim - Pemilihan Calon Legislatif atau yang trend nya Calon Anggota D
APA dan SIAPA
-
Catatan Sriwijaya 12-August-2023, 23:10
Boim Balon Legislatif Muara Enim Dapil 5, Siap Sejahterakan Rakyat Lewat Golkar
Muara Enim - Pemilihan Calon Legislatif atau yang trend nya Calon Anggota D
-
MUARA ENIM - 15-April-2019, 14:33
Sutradara Cantik Film “Anak Kopi” Produksi Java creation Pemkab Muara Enim
Muara Enim, Sriwijayaonline.com - Banyak Usaha dan Dobrakan yang terus dilakukan oleh Bupati Muara E