124 TOWER PROVIDER SELULER ‘MANGKIR’ PBB

29-January-2016, 15:45

//// Bahkan Terdata Ada Izin HO Sudah Mati

Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Daerah (BPPT dan PMD) Kabupaten Lahat, Elfa Edison membenarkan, bahwasanya sebanyak 124 unit tower seluler yang ada di Bumi Seganti Setungguan Pajak PBB ‘mangkir’ atau tak dibayar, bahkan ada izin gangguan (HO) sudah mati, sebab, setiap tiga tahun sekali mesti diperbaharui.

“Jadi kendala Pajak PBB, buat perjanjian dengan pemilik lahan, akan tetapi, setahun kedepan tidak berjalan lagi,” ungkapnya, ditemui di ruang kerjanya, kemarin.

Ia menyebutkan, termasuk juga keluhan dari masyarakat sekitar yakni, CSR hingga detik ini belum ada atau ‘nol besar’ bantuan kepada masyarakat, padahal di dalam satu desa saja dicontohkannya, ada lokasi bangunan sampai 3 unit tower.

“Ketika dihubungi kenyataannya tidak baik, ketika dihubungi seluler bersangkutan operator bukannya provider. Sehingga kita mengalami kesulitan dalam berkoordinasi maupun komunikasi,” urai Elfa lagi.

Elfa menyebutkan, sebelum BPPT dan PMD terbentuk setidaknya ada 69 tower, dimulai dari 2001, setelah berdirinya Badan Perijinan sampai 2015 bertambah 55 tower lagi.

“Pihak perijinan sendiri sudah menghimbau kepada perusahaan tower seluler baik di Jakarta dan Palembang untuk memperpanjang ijin melalui Bupati Lahat No 503.3/814/BPPT dan PMD/2015, tertanggal 16 November 2015,” paparnya lugas.

Ia mengungkapkan, ketentuan ijin-ijin yang harus diperbaharui diantaranya, ijin gangguan (HO), izin tanda daftar perusahaan (TDP) dan surat izin usaha perdagangan (SIUP). Satu pun belum ada yang diperpanjang.

“Untuk HO berlaku sampai tiga tahun sedangkan untuk pajak PBB dibayarkan setiap tahun, akan tetapi sejumlah tower seluler belum ada realisasinya sama sekali,” pungkasnya.

Benar saja, saat hal ini dicoba di konfrontirkan dengan pendapat beberapa orang warga, Saidi (50) warga Pagar Agung, yang kebetulan rumahnya berada sangat dekat dengan bangunan tower salah satu provider mengaku, sejak awal pembangunannya dulu, sampai sekarang, pihak pengembang atau pun pemborongnya cuma sekali mendatangi kediamanannya, dan itupun hanya sebatas obrolan kosong semata, perihal akan dibangunnya tower tersebut.

“Kalo usianyo, kami yakin la hampir sekitar 10 tahunan. Tapi kami seingetku, baru sekali nian betemu dan memang mereka datang kerumah ini, ngobrolke masalah pembangunannyo dulu, sesudah itu, katek lagi sampe hari ini. nah, kalo masalah izin lingkungan kami dimintai, atau memang itu diperbarui, kami idak pernah nian tahu,” bebernya. (CEPY – LAHAT)

Bagikan ke :